Seringkali kita mendasarkan kekayaan materi seseorang hanya berdasarkan penampilannya. Tidakkah itu sering menipu??? Orang yang bersahaja dengan segala kesederhanaannya sering dianggap miskin sedangkan orang yang penampilannya glamor dianggap kaya. Tidak pernahkah terpikir, apa yang disandang dan dipamerkan secara glamor tersebut secara dunia sudah menjadi hak miliknya?
Sebagai contoh, seorang eksekutif mudah dengan mobil mewah seharga 900 juta berlenggang di depan seorang nenek penjual makanan yang penuh kesederhanaan, Dapatkah dipastikan bahwa sang pemuda lebih kaya dari sang nenek?
Belum tentu. Anggaplah mobil mewah tersebut bukan barang pinjaman atau sewaan, di era serba riba seperi ini sangatlah besar kemungkinan bahwa mobil mewah tersebut dibeli secara kredit. Yang menjadi pertanyaan adalah sudah berapa kali mengangsur? Jangan-jangan baru bayar uang muka saja sebesar 10%, artinya kekayaan bersih sesungguhnya hanyalah 10% dari yang dipamerkannya. Itu baru mobilnya, belum rumah tinggal adan aneka perabotan lainnya yang diperoleh dengan perilaku yang bisa jadi serupa.
Sebaliknya, bisa jadi sang nenek berjualan belum tentu lantaran terpaksa. Bisa saja sang nenek berjualan hanya sekedar untuk alasan kesehatan di sela waktu luang bertani. Sebagaimana umumnya orang desa, mayoritas mereka mempunyai aset riil dengan tingkat kekayaan bersih 100%, alias aset yang merdeka dan tidak dijaminkan. Bisa jadi di desa sawah dan kebunnya luas dengan anak-anak yang semuanya suda jadi orang sukses.
Jika faktanya demikian, masihkah kita mendasarkan kekayaan seseorang hanya dari tampilannya? Akankah kita menganggap lebih kaya orang yang perbandingan kekayaan bersihn terhadap asetnyaya tidak lebih dari 50% dengan yang 100%? Itu baru bicara kekayaan materi, belum kekayaan spiritual.......Janganlah hanya melihat kekayaan seseorang dari ukuran materi saja, apalagi sekedar materi yang diperlihatkan karena semua isu bisa jadi hanya ilusi belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar